SoalEssay Penjas Kelas 7 Semester 1. Kisi kisi soal ulangan tengah semester dan ulangan akhir semester kelas 7 semester 1 tentang budidaya tanaman sayuran. Contoh Soal dan Jawaban Penjas Kelas XI Semester 2 (Esssay from Sebelumnya, admin juga telah mempublish 45 soal penjas kelas 7 semester 1 tentang permainan
Dantolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. [Bersambung] Penulis: Sa’id Abu Ukkasyah Artikel: Muslim.or.id. Baca pembahasan selanjutnya: Ayat-ayat Makkiyyah dan Madaniyyah
Lengkap- Contoh Soal UKK Bahasa Inggris Kelas 2 SD/MI 2020/2020 yang Kedua. Berikut ini Contoh Soal UKK Bahasa Inggris Kelas 4 SD/MI 2020/2020 mampu di unduh dengan GRATIS di bawah ini : A. Berilah tanda silang (x) pada karakter a,b,c atau d di depan jawabn yang benar ! 1. Surah al-Lahab termasuk surah . a.
Soalessay tentang makkiyah dan madaniyah. Dengan menelisik, apakah ayat tersebut termasuk dalam makkiyah atau madaniyah, maka akan membantu untuk mengetahui keadaan sosial, politik dan lainnya. Tujuan mempelajari makiyyah dan madaniyah dipresentasikan pada 11 nopember 2014 di staim tulungagung oleh: Pertanyaan tentang ilmu makkiyah dan
KumpulanSoal Agama BAB 1 : Anjuran Bertoleransi 1. Dinamai Al-Kafirun karena pada ayat yang pertama terdapat kata ‘Al-Kafirun’ ya
SurahAli-Imran ayat 159 secara garis besar menjelaskan tentang. A. Sikap demokratis B. Berpikir kritis Madaniyah 8. D. Berpikir kritis 9. C. Perenungan 10. C. Berakal 11. B. Ali-Imran ayat 191 12. D. Kritis 19 Soal (Essay) Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan Beserta Jawaban Menu Halaman Statis. About;
0yG8Mpl. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Ditulis OlehNur HamidahRezky Maulana Akbar Sayyidah Aliyah Dosen PengampuMochammad Andre Agustianto, Lc, EKONOMI SYARIAHFAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA 2017/2018 Makkiyah dan MadaniyyahTeori GeografisMenurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang turun di Makkah, baik waktu turunnya sebelum Rasulullah SAW hijrah maupun sesudahnya. Sedangkan pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun di Madinah baik waktu turunnya sebelum Rasulullah SAW hijrah maupun sesudahnya.[1]Namun, pada kenyataanya ada beberapa ayat Al-Qur'an yang tidak turun di wilayah Makkah ataupun Madinah, seperti tempat turunnya At-Taubah 42 adalah di Tabuk, Az-Zukhruf 45 di Baitul Maqdis Palestina pada malam Isra Mi'raj.[2]Hal ini merujuk pada At-Thabrani dari Abu Umamah Rasulullah SAW bersabda; Al-Quran di turunkan di 3 tempat Makkah, Madinah, dan Sham. Walid berkata Maksudnya Baitul Maqdis? Kathir Berkata; Tetapi penafsirannya di Tabuk adalah lebih baikTeori HistorisMenurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang turun sebelum Rasulullah SAW hijrah meskipun ayat tersebut turun di luar kota Makah, semisal di Mina, Arafah atau Hudaibiyah dan lainnya. Sedangkan pengertian Madaniyah adalah ayat yang turun sesudah Rasulullah SAW hijrah, meskipun ayat tersebut diturunkan di Badar, Uhud, Arafah atau Makah.[3]Banyak sekali yang mendukung Teori ini. Mulai dari Ulama Klasik, Modern, hingga ulama kontemporer saat ini. Adapun yang menjadi kelebihan rumusan teori ini adalah karena mencakup keseluruhan ayat atau surah Al-Qur'an, sehingga dapat dijadikan ketentuan dan rujukan yang memadai. Adapun Teori ini merujuk pada Abu Amr Uthman bin Sa'id ad-Darimi yang disandarkan pada Yahya bin Salam;[4]Ayat yang diturunkan di Makkah dan ayat yang diturunkan dalam perjalanan menuju Madinah sebelum Nabi SAW tiba di Madinah, maka ia termasuk kategori ayat Makkiyah. Dan ayat yang diturunkan kepada Nabi SAW dalam perjalanannya setelah beliau tiba di Madinah, maka ia masuk kategori ayat Madaniyah. Sedangkan kelemahannya hanya terletak pada kejanggalan beberapa ayat atau surah Al- Qur'an yang nyata-nyata turun di Makkah tetapi karena turun sesudah Hijrah, lalu ia dianggap Madaniyah. Seperti Al-Maidah; 3, An-Nisa; 8. Ayat tersebut turun di kota Makkah sewaktu Nabi saw berada di dalam Ka'bah.[5] Teori SubjektifMenurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang berisi pangilan kepada penduduk Mekkah dengan panggilan "wahai manusia", "wahai orang-orang yang ingkar", "wahai anak adam". Sedangkan pengertian Madaniyah adalah ayat yang berisi panggilan kepada penduduk Madinah dengan panggilan "wahai orang-orang yang beriman".[6]Kelebihan teori ini ialah rumusannya dimengerti, dan lebih cepat dikenali dengan kriteria panggilan nida, khitab yang khas dari keduanya teori ini banyak kelemahan pula di antaranya Rumusan pengertiannya tak dapat dijadikan ketentuan, karena tak dapat mencakup seluruh ayat Al- Qur'an. Dari keseluruhan ayat Al- Qur'an yang berjumlah 6236 ayat, hanya ada 511 ayat yang dimulai dengan panggilan nida, dan dari 511 ayat tersebut, yang dimulai dengan panggilan nida yang khas Makkiyah berjumlah 292 ayat, dan yang khas Madaniyah berjumlah 219 ayat.[7]Selain itu, ada beberapa ayat yang dimulai dengan panggilan nida bukan termasuk ayat Makkiyah seperti Al- Baqarah 21, An-Nisa 1, An-Nisa 133 Teori Content AnalysisMenurut teori ini, pengertian Makkiyah adalah ayat yang memuat cerita umat dan para Nabi terdahulu. Sedangkan pengertian Madaniyah adalah ayat yang berisi tentang hudud, faraid, dan sebagainya.[8] Teori ini didasarkan pada salah satunya Riwayat Hisham dari ayahnya, Al-Hakim;[9]Semua surah yang memuat aturan-aturan, ketentuan-ketentuan, maka ia termasuk Surah Madaniyah, dan semua surah yang memuat tentang peristiwa masa lampau, maka ia masuk kategori Dasar Penetapan Makkiyah dan MadaniyahAda dua cara untuk mengenali ayat yang termasuk kategori Makkiyah dan Sima'iy adalah pengetahuan ayat Makkiyah dan Madaniyah yang diperoleh berdasarkan Qiyasiy adalah pengetahuan ayat Makkiyah dan Madaniyyah berdasarkan kriterianya yang menonjol, kandungannya, redaksi dan uslubnya, dan lain sebagainya.[10]Dalam menentukan kategori Makkiyah dan Madaniyyah menurut cara Qiyasiy ada dua dasar yaitu[11]Dasar Aghlabiyah mayoritasBila mayoritas ayat-ayatnya adalah Makkiyah. Maka surah tersebut disebut Makkiyah. Begitu juga sebaliknya. Dasar Tabi'iyah KontinuitasBila didahului dengan ayat-ayat yang turun di Makkah sebelum hijrah, maka surah tersebut disebut Makkiyah. Begitu juga sebaliknya. C. Macam Makkiyah dan MadaniyyahSurah Makkiyah MurniYang termasuk kategori Surah Makkiyah murni adalah surah yang berisi ayat-ayat yang seluruhnya berstatus Makkiyah secara ijma' dan tidak ada perbedaan tentang status Madaniyah MurniYang termasuk kategori surah Madaniyah murni adalah surah yang berisi ayat-ayat yang seluruhnya berstatus Madaniyah secara ijma' dan tidak ada perbedaan tentang status tersebut. Surah Makkiyah yang berisi ayatMadaniyyahYang termsuk kategori surah Makkiyah yang berisi ayat Madaniyah adalah surah yang memuat ayat-ayat yang kebanyakan berstatus Makkiyah, akan tetapi didalamnya juga memuat ayat-ayat Madaniyah atau ada perbedaan tentang status tersebut. Surah Madaniyah yang berisi ayat-ayatMakkiyahYang termsuk kategori surah Madaniyah yang berisi ayat Makkiyah adalah surah yang memuat ayat-ayat yang kebanyakan berstatus Madaniyah, akan tetapi didalamnya juga memuat ayat-ayat Makiyyah atau ada perbedaan tentang status Pengelompokan Surah Al-Qur'an Berdasarkan Teori Makkiyah dan MadaniyyahPenulisan mushaf Al-Qur'an telah dilakukan pada masa pemerintahan sahabat Utsman bin Affan yang didasarkan pada modifikasi Al-Qur'an melalui dua tahap, yaitu tahap penelusuran melalui dat tulisn ayat-ayat Al-Qur'an yang mendapat legalitas dari Rasulullah SAW dan tahap penelusuran melalui data hafalan para sahabat yang telah ditashih oleh Rasulullah SAW.[12] Ciri-ciri Surah atau Ayat Makkiyah dan Madaniyah adalah sebagaiberikut[13]E. Ciri-ciri dari Surah atau Ayat yang Menandakan Al-Makkiyah Kata-kata atau Kalimat yang digunakanSurah atau ayat-ayat Al-Makkiyah memiliki ayat atau suku kata yang pendek-pendek dan kata-kata yang digunakan dalam ayat tersebut sangat mengesankan karena penuh dengan sajak-sajak atau syair serta ungkapan perasaan. Kalimat yang dipergunakan juga tergolong fasih dan baligh. Banyak qasam, tasybih, dan amtsal. Gaya bahasa dalam surah atau ayat-ayat Al-Makkiyah pun juga sering kali bersifat kongkrit maupun realitis materialis. Dan juga di dalam setiap surah atau ayat-ayat AL-Makkiyah terdapat lafadz Kalladan Yaa atau IsiAyat-ayat Al-Qur'an yang diturunkan di Mekkah banyak berisikikan tentang ajakan untuk bertauhid, beribadah kepada Allah SWT, serta meninggalkan segala bentuk peribadatan kepada yang selain Allah SWT. Ayat-ayat Al-Makkiyah juga mengisahkan tentang para nabi dan kehidupan umat-umat terdahulu, pembuktian tentang risalah Allah SWT, kebenaran akan adanya hari kebangkitan dan hari pembalasan, kedatangan hari kiamat dan segala keringanannya, penjelasan tentang surga dan segala kenikmatannya, serta neraka dan segala siksaannya. Dan juga berisikan tentang argumentasi yang ditujukan untuk orang-orang musyrik yaitu dengan mempergunakan bukti-bukti rasional serta ayat-ayat Ciri-ciri dari Surah atau Ayat yang Menandakan Al-Madaniyah Kata-kata atau Kalimat yang digunakanAyat atau surah-surah yang menandakan Al-Madaniyah menggunakan kata-kata atau kalimat yang bermakna mendalam, kuat, dan juga kokoh. Kata-kata atau kalimat dalam surah Al-Madaniyah juga menggunakan kalimat-kalimat ushul serta ungkapan-ungkapan syariah. Serta dalam surat atau ayat-ayat tersebut terkandung seruan "Yaa Ayyuhalladzina aamanuu" dan identik dengan ayat yang panjang-panjang dengan menggunakan gaya bahasa yang dapat menjelaskan tujuan dari ayat tersebut serta dapat memantapkan dan IsiDi dalam surah atau ayat-ayat Al-Madaniyah mengandung kewajiban bagi setiap makhluk serta sanksi-sanksinya, seperti; perintah untuk beribadah serta beramal sholeh, perintah untuk berjihad, perintah kepada ahli kitab untuk masuk islam, perintah unutk berdakwah, dsb. Dan juga di dalam surah-surah Al-Madaniyah disebutkan tentang orang-orang munafik, kecuali dalam QS. Al-Ankabut serta di dalam surah Al-Madaniyah terdapat dialog yang terjadi dengan para ahli kitab yang berisi tentang hukum dan Kegunaan Mempelajari Teori Makkiyah dan MadaniyyahKegunaan mempelajari Teori Makkiyah dan Madanniyah banyak sekali. Dalam hal ini, al-Zarqani di dalam kitabnya Manahilul 'Irfan menerangkan sebagian daripada kegunaan teori ini, ialah[14] Dengan ilmu ini kita dapat membedakan dan mengetahui ayat mana yang Mansukh dan Nasikh. Yakni apabila terdapat dua ayat atau lebih mengenai suatu masalah, sedang hukum yang terkandung di dalam ayat-ayat itu bertentangan. Kemudian dapat diketahui bahwa ayat yang satu Makkiyah, sedang ayat lainnya Madaniyah; maka sudah tentu ayat yang Makkiyah itulah yang di nasakh oleh ayat yang Madaniyah, karena ayat yang Madaniyah adalah yang terakhir ilmu ini pula, kita dapat mengetahui Sejarah Hukum Islam dan perkembangannya yang bijaksana secara umum. Dan dengan demikian, kita dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap ketinggian kebijaksanaan islam di dalam mendidik manusia baik secara perorangan maupun secara ini dapat meningkatkan keyakinan kita terhadap kebesaran, kesucian, dan keaslian al-Qur'an, karena melihat besarnya perhatian umat islam sejak turunnya terhadap hal-hal yang berhubungan dengan al-Qur'an, sampai hal-hal yang sedetail-detailnya; sehingga mengetahui ayat-ayat yang mana turun sebelum hijrah dan sesudahnya; ayat-ayat yang diturunkan pada waktu Nabi berada di kota tempat tinggalnya domisilinya dan ayat yang turun pada waktu Nabi sedang dalam bepergian atau perjalanan; ayat-ayat yang turun pada malam hari dan siang hari; dan ayat-ayat yang turun pada musim panas dan musim dingin dan mengetahui situasi dan kondisi lingkungan masyarakat pada waktu turunnya Al Qur'an, khususnya masyarakat Makkah dan Madinah.[1] UIN Sunan Ampel, Studi Al-Qur'an, Surabaya, UIN Sunan Ampel Press2017, hlm. 156.[2] Ibid, hal 158.[3] Ibid, hal 159.[4] Ibid, hal 160.[5] Ibid, hal 161.[6] Ibid, hal 161.[7] Ibid, hal 163.[8] Ibid, hal 164.[9] Ibid, hal 165.[10] Ibid., hal 171.[11] Ibid., hal 171.[12] Ibid., hal 175.[13] Supiana dan M. Karman, Ulumul Qur'an, Bandung, Pustaka Islamika2002, Cet. 1, hlm. 103-104.[14] Rosihan Anwar, Ulum Al- Qur'an, Bandung, Pustaka Setia2008, hlm. PUSTAKAAnwar, Rosihon. 2016. Ulum Al-Qur' Pustaka dkk, 2002. Ulumul Qur'an. Bandung Pustaka IslamikaUIN Sunan Ampel. 2017. StudiAl-Qur'an. Surabaya UIN Sunan Ampel Press. 1 2 3 4 5 6 7 8 Lihat Humaniora Selengkapnya
Alquran merupakan pedoman hidup seluruh umat Muslim hingga akhir zaman. Allah Ta’ala menurunkan Alquran melalui Nabi Muhammad SAW secara bertahap dengan tujuan untuk memudahkan manusia dalam membaca dan SWT berfirman, yang artinya “Dan Alquran itu telah Kami turunkan dengan berangsur-angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan Kami menurunkannya bagian demi bagian” QS. Al Israa` 106.Karena hal inilah para ulama membagi ayat Alquran menjadi dua macam, yaitu ayat makkiyah dan madaniyah. Mengutip buku Pengantar Studi Al-Qur'an oleh Abdul Hamid, ayat makkiyah berarti ayat yang diturunkan di Makkah, sedangkan madaniyah merupakan ayat yang turun di lebih paham, simak perbedaan dan contoh ayat makkiyyah dan madaniyah selengkapnya dalam artikel di bawah Ayat Makkiyah dan MadaniyahMerujuk buku Ulumul Quran Telaah tekstualitas dan Kontekstualitas Alquran oleh Drs. Ahmad Izzan, ayat yang turun di Makkah sebelum hijrah Makkiyah dan yang turun di Madinah sesudah hijrah Madaniyyah mempunyai konteks, baik dari sisi psikososial maupun sosiantropologis, yang seperti masyarakat Makkah yang sangat menolak, masyarakat Madinah justru menerima risalah dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Karena itu, kedua kelompok ayat tersebut mempunyai beberapa perbedaan yang sangat khusus, yaitu sebagai berikutAyat dan surat Makkiyah umumnya pendek-pendek, sedangkan ayat dan surat Madaniyah umumnya dan surat Makkiyah umumnya dimulai dengan sapaan ya ayyuhannas hai sekalian manusia, sedangkan ayat dan surat Madaniyyah dimulai oleh ungkapan ya ayyuha al-aladzina amanii hai orang-orang yang beriman.Ayat dan surat Makkiyah umumnya berbicara tentang ketauhidan iman, sedangkan ayat dan surat Madaniyyah umumnya berbicara tentang sosial-kemasyarakatan dan surat yang di dalamnya mengandung ayat sajdah berarti termasuk Makkiyah, sedangkan setiap surat yang mengandung kata kalla jangan begitu adalah yang mengandung kisah-kisah para nabi dan umat terdahulu, kecuali surat Al-Baqarah, adalah surat yang didahului oleh huruf-huruf muqaththa'ah, kecuali surat Al-Baqarah dan Ali Imran, adalah Makkiyah; sedangkan surat Ar-Ra'd masih diperselisihkan oleh ulama Ayat Makkiyah dan MadaniyahDijelaskan dalam buku Ulumul Qur’an Prinsip-Prinsip dalam Pengkajian Ilmu Tafsir Al-Qur’an oleh Badrudin, sebenarnya tidak mudah mengidentifikasikan ayat makkiyah dan madaniyyah dalam Alquran. Namun, para ulama tafsir berusaha mengidentifikasinya menjadi dua acara, yaitu 1 memperoleh informasi dari para sahabat nabi tentang turunnya ayat-ayat dalam Alquran; dan 2 memperhatikan ciri-ciri ayat makkiyah dan ini beberapa contoh ayat makkiyah dan madaniyyah dalam Alquran seperti yang dinukil dari buku Pengantar Studi Ilmu Al-Qur'an oleh Syaikh Manna السَّاعَةُ وَانْشَقَّ الْقَمَرُArtinya “Telah dekat datangnya saat itu dan telah terbelah bulan.” QS. Al Qamar 1.يٰٓاَيُّهَا الْمُدَّثِّرُۙ Artinya "Wahai orang yang berkemul berselimut." QS. Al Mudassir 1.يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَوْفُوا بِالْعُقُودِ ۚ أُحِلَّتْ لَكُمْ بَهِيمَةُ الْأَنْعَامِ إِلَّا مَا يُتْلَىٰ عَلَيْكُمْ غَيْرَ مُحِلِّي الصَّيْدِ وَأَنْتُمْ حُرُمٌ ۗ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ مَا يُرِيدُArtinya “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu. Dihalalkan bagi kalian binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepada kalian. Yang demikian itu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kalian sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya.” QS. Al Maidah 1.۞ قُلْ تَعَالَوْا اَتْلُ مَا حَرَّمَ رَبُّكُمْ عَلَيْكُمْ اَلَّا تُشْرِكُوْا بِهٖ شَيْـًٔا وَّبِالْوَالِدَيْنِ اِحْسَانًاۚ وَلَا تَقْتُلُوْٓا اَوْلَادَكُمْ مِّنْ اِمْلَاقٍۗ نَحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَاِيَّاهُمْ ۚوَلَا تَقْرَبُوا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَۚ وَلَا تَقْتُلُوا النَّفْسَ الَّتِيْ حَرَّمَ اللّٰهُ اِلَّا بِالْحَقِّۗ ذٰلِكُمْ وَصّٰىكُمْ بِهٖ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَArtinya “Katakanlah Muhammad, “Marilah aku bacakan apa yang diharamkan Tuhan kepadamu. Jangan mempersekutukan-Nya dengan apa pun, berbuat baik kepada ibu bapak, janganlah membunuh anak-anakmu karena miskin. Kamilah yang memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka; janganlah kamu mendekati perbuatan yang keji, baik yang terlihat ataupun yang tersembunyi, janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah kecuali dengan alasan yang benar. Demikianlah Dia memerintahkan kepadamu agar kamu mengerti.” QS. Al An’am 151.
Al-Quran sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw selalu menarik untuk dikaji baik secara conten maupun secara historisitasnya. Berbagai kajian tafsir maupun ulum al-QurÉn telah telah dilalui oleh para ulama terdahulu maupun zaman sekarang dalam rangka untuk memahami al-Quran. Tentunya kajian Ilmu Makky dan Madany sebagai salah satu disiplin ilmu al-Quran juga turut menyertai setiap kajian ilmu al-QurÉn dan TafsÊr. Secara histori telah kita ketahui bersama bahwa Rasulullah Saw menghabiskan waktunya hidup di Makkah, baik sebelum diutus menjadi nabi dan Rasul maupun sesudahnya. Setelah adanya intimidasi dari kaum kafir Quraisy, beliau memutuskan untuk hijrah ke Madinah sampai beliau wafat. Sedangkan Diturunkan diturunkan saat Rasulullah Saw berada di kota-kota, pedesaan, gunung-gunung, bukit-bukit, lembah-lembah, lereng-lereng, serta dalam keadaan waktu yang berbeda, seperti malam, siang, musim dingin, musim panas maupun dalam keadaan damai atau bahkan saat Rasulullah berperang. Atas dasar inilah para ulama memberikan perhatian yang sangat besar terhadap al-QurÉn. Mereka meneliti Diturunkan ayat demi ayat dan surat demi surat untuk disusun sesuai dengan nuzulnya, dengan memperhatikan waktu, tempat dan pola kalimat. Bahkan lebih dari itu, mereka mengumpulkannya sesuai dengan waktu, tempat dan pola kalimat. Cara demikian merupakan ketentuan cermat yang memberikan gambaran mengenai penyelidikan ilmiah tentang ilmu Makki dan Madani. Perhatian terhadap ilmu Diturunkan menjadi bagian terpenting dibanding berbagai ilmu yang lain. Termasuk di dalamnya membahas tentang nuzulnya suatu ayat, tempat nuzulnya, urutan turunnya di Mekkah atau di Madinah, tentang yang diturunkan di Mekkah tetapi termasuk kelompok Madani atau ayat yang diturunkan di Madinah tetapi masuk dalam kategori Makki, dan sebagainya. Diantara perhatian yang luar biasa dalam memahami Makiyyah dan Madaniyah seperti yang dikatakan oleh Ibn Mas’Ëd “Demi Allah. Tidak Ada Tuhan selain Dia. Tidak diturunkannya satu ayat pun dari kitab Diturunkan, kecuali saya mengetahuinya. Di mana diturunkan, jika saya tahu, bahwa ada seseorang yang lebih tahu daripada saya tentang kitab Allah, meskipun misalnya itu disampaikan oleh Onta, niscaya saya akan mengunjunjunginya"
Ketika seseorang bertanya bagaimanakah sumbangsih para sahabat terhadap Al-Qur’an. Tentu dengan mudah kita menjawab dengan bukti adanya pembukuan Al-Qur’an di masa pemerintahan Utsman bin Affan. Selain itu, adanya data terperinci mengenai sebab turunnya Al-Qur’an hingga pengelompokan Makkiyah dan Madaniyah adalah bukti perhatian para sahabat kepada Al-Qur’an. Mengenai metode pengelompokan Makkiyah dan Madaniyah dari setiap Surat Al-Qur’an tentu kita harus merujuk kepada penuturan para sahabat. Hal ini dikarenakan para sahabat adalah saksi hidup dari turunnya setiap ayat dalam Al-Qur’an sebagaimana ungkapan sahabat Ibnu Mas’ud عن عبد الله بن مسعود قال والله الذي لا إله غيره ما أنزلت سورة من كتاب الله إلا أنا أعلم أين أنزلت ولا أنزلت آية من كتاب الله إلا أنا أعلم فيما أنزلت ولو أعلم أحدا أعلم مني بكتاب الله تبلغه الإبل لركبت إليه Diceritakan dari Abdullah bin Mas’ud, beliau berkata “Demi Allah, Dzat yang tidak ada tuhan selain Dia, tidak ada satupun surat dari kitabullah Al-Qur’an kecuali aku mengetahui di mana surat tersebut diturunkan, dan tidak diturunkan satu ayat dari kitabullah kecuali aku mengetahui dalam masalah apa sebab diturunkan. Seandainya ada seseorang yang lebih mengetahui Al-Qur’an lebih dariku dan ia dapat didatangi dengan mengendarai unta niscaya aku akan mendatanginya” HR al-Bukhari. Dalam pengelompokan surat Makkiyah dan Madaniyah, para ulama melihat dari segi hukum mayoritas ayat yang terkandung di dalamnya. Maka, yang dinamakan surat Makkiyah adalah surat yang kebanyakan atau seluruh ayatnya dihukumi Makkiyah. Begitu juga sebaliknya, yang dinamakan surat Madaniyah adalah surat yang kebanyakan atau seluruh ayatnya dihukumi Madaniyah. Hal ini dikarenakan ada sebagian surat yang dihukumi Makkiyah meskipun sebagian ayat di dalamnya dihukumi ayat Madaniyah. Begitu juga sebaliknya, ada sebagian surat yang dihukumi Madaniyah meskipun sebagian ayat di dalamnya dihukumi ayat Makkiyah. Lantas dalam hal ini, para ulama menetapkan ada tiga metode untuk menentukan ayat Makkiyah dan Madaniyah dalam Al-Qur’an berdasarkan riwayat para sahabat, yaitu Pertama, memakai acuan waktu sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan sebelum Nabi hijrah dan menetap di kota Madinah. Sedangkan Madaniyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan setelah Nabi hijrah dan menetap di kota Madinah. Pendapat ini diusung oleh Yahya bin Salam at-Tamimi w. 200 H, seorang ulama pakar Al-Qur’an dari kota Bashrah yang berguru kepada lebih dari 20 ulama tabi’in. أخرج عثمان بن سعيد الرازي بسنده إلى يحيى بن سلام، قال ما نزل بمكة وما نزل في طرق المدينة قبل أن يبلغ النبي المدني فهو من المكي “Diceritakan oleh Utsman bin Sa’id ar-Razi bahwa Yahya bin Salam mengatakan ”Setiap ayat yang turun di kota Makkah ataupun yang turun di jalan-jalan di sekitar kota Madinah sebelum hijrahnya Nabi ke kota Madinah, maka ia termasuk dari Makkiyah”. Syekh Abdul Wahab Ghazlan, Fahm Judzr al-Bayan, Kairo Maktabah al-Aiman, 2018, Dari pendapat ini, syekh Abdul Wahhab Ghazlan mengelompokkan ayat yang turun selama Nabi dalam perjalanan hijrah menuju kota Madinah sebagai ayat Makkiyah. Karena ketika itu Nabi belum sampai dan menetap di kota Madinah. Begitu juga, beliau mengelompokkan ayat yang turun ketika pembebasan kota Makkah dan haji wada’ sebagai ayat Madaniyah meskipun diturunkan di daerah kota Makkah. Karena ketika itu Nabi telah hijrah dan menetap di kota Madinah. Kedua, memakai acuan tempat sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkankan di kota Makkah dan daerah di sekitarnya seperti dataran Arafah, dataran Mina dan desa Hudaibiyah. Sedangkan Madaniyah adalah setiap ayat Al-Qur’an yang diturunkan di kota Madinah dan daerah sekitarnya seperti daerah Badar, gunung Uhud, dan gunung Sil’ah Jalaluddin as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum Al-Qur’an, Kairo Haiah al-Mishriyyah al-Ammah, 1974, hal. 37. Dari pendapat ini, sebagian ulama mengelompokkan ayat yang turun di daerah Mina sebagai ayat Makkiyah. Hal ini melihat dari letak geografis tanah Mina yang lebih dekat dengan kota Makkah. Begitu juga ayat yang turun di sekitar gunung Uhud sebagai ayat Madaniyah. Hal ini melihat letak geografis gunung Uhud yang lebih dekat dengan kota Madinah. Ketiga, memakai acuan kata tunjuk dalam ayat sebagai penanda Makkiyah dan Madaniyah. Sebagian ulama mengartikan Makkiyah adalah surat Al-Qur’an yang di dalamnya ada ayat yang diawali dengan kalimat “Wahai manusia..”. Sedangkan Madaniyah adalah surat Al-Qur’an yang di dalamnya ada ayat yang diawali dengan kalimat “Wahai orang-orang beriman..”. Pendapat ini bersumber dari penuturan sahabat Abdullah bin Mas’ud عن ابن مسعود قال كل شيء نزل فيه يا أيها الناس فهو بمكة، وكل شيء نزل فيه يا أيها الذين آمنوا فهو بالمدينة Diriwayatan dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata “Setiap surat Al-Qur’an yang diturunkan dan di dalamnya terdapat perintah “Wahai manusia..” maka termasuk Makkiyah. Sedangkan setiap surat Al-Qur’an yang diturunkan dan di dalamnya terdapat perintah “Wahai orang-orang beriman..” maka termasuk Madaniyah. Pendapat ini menegaskan bahwa mayoritas penduduk kota Makkah sebelum Nabi hijrah adalah orang-orang musyrik. Oleh karena itu Al-Qur’an memperingatkan mereka dengan kalimat “Wahai manusia…” Sedangkan mayoritas penduduk kota Madinah setelah Nabi hijrah adalah orang-orang beriman oleh karena itu Al-Qur’an memperingatkan mereka dengan kalimat “Wahai orang-orang beriman...” Mayoritas ulama Al-Qur’an termasuk Imam Suyuthi, Imam Zarkasyi, dan selainnya memilih pendapat pertama sebagai definisi Makkiyah dan Madaniyah yang paling tepat. Hal ini dikarenakan pendapat pertama dapat membatasi Makkiyah dan Madaniyah secara menyeluruh. Sedangkan pendapat kedua dinyatakan lemah karena tidak dapat mengakomodasi ayat yang diturunkan jauh dari kota Makkah dan Madinah. Misal contoh QS Al-Isra’ ayat pertama yang diturunkan di Baitul Maqdis ketika Nabi melaksanakan Isra’ dan Mi’raj. Sebagaimana dalam hadits disebutkan عن أبي أمامة، قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنزل القرآن في ثلاثة أمكنة بمكة، والمدينة، والشام “Diceritakan dari Abu Umamah bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Al-Qur’an diturunkan di tiga tempat, yaitu, Makkah, Madinah, dan Syam Baitul Maqdis’,” HR at-Thabrani. Begitu juga pendapat ketiga dinyatakan lemah karena tidak dapat mengakomodasi surat Al-Qur’an yang di dalamnya tidak terdapat kalimat “Wahai manusia..” maupun kalimat “Wahai orang-orang beriman”. Misal contoh surat Asy-Syams dan sebagian besar surat-surat pendek dalam juz 30. Muhammad Tholhah al Fayyadl, Mahasiswa jurusan Ushuluddin Universitas al-Azhar Mesir, alumnus Pondok Pesantren Lirboyo
Apa manfaat setelah kita mengetahui tiga pendapat ulama ahli Ilmu Al-Qur’an tentang kategorisasi ayat Makkiyyah dan Madaniyyah? Informasi terkait pendapat yang populer, ideal, tidak problematik, dan dapat diterima secara ilmiah dari segi waktu penurunan ayat sangat penting. Dalam konteks ini minimal ada tiga faedah yang didapatkan. Faedah pertama, untuk membedakan ayat yang menasikh dan ayat yang dinasakh. Mana ayat yang hukumnya menghilangkan hukum dalam ayat lain dan mana ayat yang hukumnya dihilangkan dengan ayat lain. Dengan kata lain, informasi itu penting ketika dijumpai dua atau beberapa ayat Al-Qur’an dalam satu tema. Sementara hukum dalam salah satu atau beberapa ayat tersebut berbeda dengan hukum yang ada di ayat lainnya, lalu diketahui mana ayat yang termasuk kategori Makkiyyah dan mana yang Madaniyyah. Sebab ulama ahli Ilmu Al-Qur'an mempunyai prinsip hukum, bahwa ayat-ayat Madaniyyah menasakh ayat-ayat Makkiyah karena memandang bahwa ayat Madaniyyah turun lebih akhir daripada ayat Makkiyyah. Muhammad Abdul Azhim Az-Zarqani, Manahilul Irfan fi Ulumil Qur’an, [Kairo, Isa Al-Babi Al-Halabi wa Syirkah tanpa tahun], juz I, halaman 94 dan juz II, halaman 176. Dalam konteks ini pakar tafsir Al-Qur’an asal Kota Baghdad, Al-Imam Al-Muqri w. 410 H/1019 M dalam karyanya An-Nashikh wal Mansukh fil Qur’an menjelaskan وَنُزُولُ الْمَنْسُوخِ بِمَكَّةَ كَثِيرٌ وَنُزُولُ النَّاسِخِ بِالْمَدِينَةِ كَثِيرٌ. Artinya, “Turunnya ayat yang dimansukh di Kota Makkah banyak, dan turunnya ayat yang memansukh di kota Madinah juga banyak,” Al-Muqri, An-Nasikh wal Mansukh 30. Faedah kedua, adalah untuk mengetahui secara global tarikh tasyri’ dari suatu hukum dan tahapan-tahapannya yang sarat hikmah. Dari sinilah kemudian akan muncul semangat keislaman dan keimanan yang kuat karena begitu bijaknya syariat Islam dalam mendidik masyarakat, bangsa dan individu-individunya. Pemahaman atas perbedaan kategori antara ayat Makkiyah dan Madaniyyah akan menyadarkan bahwa syariat Islam mengandung berbagai hikmah syariat Islam yang sangat agung. Faedah ketiga, untuk semakin menguatkan kepercayaan atas validitas dan orisinalitas Al-Qur’an yang kita terima dan selalu kita baca hari ini, yang terhindar dari perubahan dan penyelewengan redaksional maupun hukum-hukumnya. Hal itu ditunjukkan dengan begitu perhatiannya umat Islam sepanjang sejarahnya. Terbukti sejak dulu hingga sekarang umat Islam selalu mengkaji Al-Qur’an dari berbagai aspek. Kajian itu mencakup mana ayat Al-Qur’an yang turun sebelum hijrah dan yang turun setelahnya; mana ayat Al-Qur’an yang turun di kota domisili Rasulullah SAW dan mana yang turun dalam perjalanannya; mana ayat yang turun di siang hari dan mana yang turun di malam hari; mana ayat yang turun di musim panas dan mana yang turun di musim dingin; mana ayat yang turun di bumi dan mana yang turun di langit, serta hal-hal lainnya. Bila demikian komprehensifnya kajian Al-Qur’an yang dilakukan oleh umat Islam sepanjang sejarah, maka akal sehat sangat tidak menerima akan adanya orang yang mampu mengubah-ubah dan mempermainkannya. Sebab umat Islam, ulama, selalu menjaga dan mengkajinya dari berbagai aspek secara komprehensif. Az-Zarqani, Manahilul Irfan I/95. Sunnatullah penjagaan umat Islam terhadap Al-Qur’an seperti itu sudah sesuai dengan sunnatullah lainnya yang terekam jelas dalam firman Allah SWT إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ Artinya, “Sungguh Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an, dan sungguh Kami benar-benar memeliharanya,” Surat Al-Hijr ayat 9. Walhasil, dengan memahami istilah ayat Makiyyah dan ayat Madaniyyah, kita akan dapat memahami Al-Qur’an secara lebih baik, meningkatkan keimanan, dan kecintaan kita terhadapnya. Semoga. Amīn. Ustadz Ahmad Muntaha AM, Founder AswajaMuda
soal essay tentang makkiyah dan madaniyah